Sejak 7 Oktober tahun lalu, hampir 200 lokasi bersejarah di Gaza dilaporkan menjadi sasaran serangan Israel, menurut Menteri Pariwisata dan Purbakala Palestina, Hani Al-Hayek. Pernyataan ini disampaikan pada sebuah konferensi di Ramallah yang membahas dampak konflik terhadap warisan budaya Gaza.
“Perang telah menghancurkan museum, artefak berharga, serta tempat ibadah seperti masjid dan gereja,” jelas Al-Hayek. Ia menyebut serangan ini sebagai upaya sistematis untuk menghapus jejak sejarah Palestina di wilayah tersebut.
Warisan budaya, menurut Al-Hayek, adalah bagian penting dari identitas nasional Palestina. Ia menegaskan bahwa penghancuran ini bertujuan menciptakan realitas baru dengan menghilangkan elemen-elemen penting yang menggambarkan sejarah Palestina. “Sasaran mereka bukan hanya manusia, tetapi juga simbol-simbol peradaban kami,” tambahnya.
Sebagai kota bersejarah, Gaza memiliki nilai strategis dan budaya yang tinggi. Kota ini pernah berada di bawah kekuasaan berbagai peradaban, termasuk Mesir kuno, Kekaisaran Romawi, hingga Ottoman. Namun, konflik yang terus berlangsung kini mengancam warisan tersebut.
Lebih dari 44.200 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dilaporkan tewas dalam agresi tersebut. Pekan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) menerbitkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang.
Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional. Menurut para ahli, penghancuran sistematis ini tidak hanya berdampak pada kehidupan manusia tetapi juga pada keberlanjutan sejarah Palestina.